Hadis: “Siapa Menyentuh Hajar Aswad, Ia Menyentuh Tangan Allah”
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum ustadz, izin bertanya mengenai hadits Ibnu Majah nomor 2957.
Wahai Abu Muhammad, hadis apa yang sampai kepadamu tentang pojok hajar aswad ini? ‘Atha` mengatakan: Abu Hurairah menceritakan kepadaku bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang menyentuhnya, maka sungguh ia menyentuh tangan Ar-Rahman.”
Apakah hadits ini shahih ustadz? jazakallahu khayran
Jawaban:
Hadis tersebut memang benar diriwayatkan Ibnu Majah dalam Sunan Ibnu Majah (no.2975) dengan lafadz,
قالَ عطاءٌ حدَّثَني أبو هُرَيْرةَ أنَّهُ سمِعَ رسولَ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ يقولُ من فاوضَهُ فإنَّما يفاوضُ يدَ الرَّحمن
“Atha’ berkata: Abu Hurairah menyampaikan hadis kepadaku bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: siapa yang menyentuh hajar aswad, maka sesungguhnya ia menyentuh tangan Ar Rahman”.
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari jalan Ismail bin ‘Ayyasy, ia berkata: Humaid bin Abi Sawiyyah (yaitu Humaid bin Abi Suwaid) menyampaikan hadis kepadaku: aku mendengar Ibnu Hisyam bertanya kepada ‘Atha, dan seterusnya.
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ath Thabrani dalam Mu’jam Al Ausath (no.8400), Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil fid Dhu’afa (2/274).
Ibnu ‘Adi rahimahullah berkata tentang Humaid bin Abi Suwaid:
منكر الحديث، وحميد بن أبي سويد هذا قد حدث عنه ابن عياش يعني هذه الأحاديث وكأنه قد أخذ عطاء بن أبي رباح قباله وهذه الأحاديث عن عطاء غير محفوظات الذي يرويها عنه
“Ia munkarul hadis. Dan Humaid bin Abi Suwaid ini menyampaikan hadis kepada Ibnu ‘Ayyasy beberapa hadis yang seakan-akan diterima dari ‘Atha bin Abi Rabah padahal hadis-hadis tersebut tidak mahfuzh sebagaimana yang diriwayatkan dari Atha” (Al Kamil fid Dhu’afa, 3/79).
Ismail bin Ayyash juga perawi yang dipermasalahkan riwayatnya jika meriwayatkan dari perawi yang selain Ahlus Syam. Al Hakim mengatakan: “Dhaif riwayatnya jika bukan dari penduduk Syam”. Al Bukhari berkata: “Jika ia meriwayatkan hadis dari penduduk Syam, maka shahih. Namun jika dari selainnya, maka perlu dicek lagi”. Waki’ bin Jarrah mengatakan: “Pengambilan hadisnya tercampur (mukhtalith)”. Dan Humaid bin Abi Suwaid dari Mekkah. Sehingga dalam riwayat ini Ibnu Ayyasy meriwayatkan bukan dari penduduk Syam.
Dari keterangan ini jelaslah tentang kedhaifan riwayat di atas. Sebagaimana didhaifkan oleh Ibnu Adi dalam Al Kamil fid Dhu’afa (2/274), juga oleh Al Albani dalam Dha’if Sunan Ibnu Majah (no.721).
Terdapat riwayat lain, dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
الْحَجَرُ يَمِينُ اللَّهِ فِي الأَرْضِ يصافح به عباده
“Al Hajarul Aswad adalah tangan kanan Allah di muka bumi, yang dengannya Allah menjabat tangan para hamba-Nya”.
Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil fid Dhu’afa (1/557), dari jalan Ali bin Muhammad bin Hatim, ia berkata: Muhammad bin Ali Al Azdi menyampaikan hadis kepadaku: Ishaq bin Bisyr Abu Ma’syar Al Madyani menyampaikan hadis kepadaku: dari Muhammad bin Al Munkadir, dari Jabir. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi dalam Al Ilal Al Mutanahiyat (no.944).
Dalam sanadnya terdapat Ishaq bin Bisyr yang ia adalah perawi kadzab dan sering memalsukan hadis. Dengan demikian, riwayat ini juga tidak shahih. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan:
إسناده لا يثبت ، والمشهور إنما هو عن ابن عباس
“Sanad hadis ini tidak shahih, yang masyhur ini adalah perkataan dari Ibnu Abbas” (Majmu’ Al Fatawa, 6/397).
Mengingat hadis ini bicara tentang perkara gaib dan tidak shahih dari Nabi, maka tidak perlu dilihat lagi. Oleh karena itu Ibnul ‘Arabi rahimahullah mengatakan:
حديث باطل فلا يلتفت إليه
“Hadis ini batil tidak perlu dilihat sama sekali” (dinukil dari Taqrib At Tadmuriyah, hal. 63).
Terlebih lagi, riwayat dari Ibnu ‘Abbas juga dha’if. Disebutkan Syarhus Sunnah,
عنِ ابنِ عباسٍ قال: الرُّكنُ -يَعني الحَجَرَ- يَمينُ اللهِ في الأرضِ، يُصافِحُ بها خَلْقَه مُصافَحةَ الرَّجُلِ أخاه
“Dari Ibnu Abbas ia berkata: Rukun ini (yaitu rukun Hajar Aswad) adalah tangan kanan Allah di bumi, yang dengannya Allah menjabat tangan para makhluk-Nya sebagaimana manusia bersalaman dengan saudaranya”.
Syaikh Syu’aib Al Arnauth rahimahullah mengomentari riwayat ini: “Di dalamnya sanadnya terdapat Ibrahim bin Yazid Al Jauri, ia perawi yang matruk” (Takhrij Syarhus Sunnah, 7/114).
Kita asumsikan riwayat ini shahih, karena sebagaimana dikatakan oleh Al Mundziri ketika mengomentari riwayat dari Abu Hurairah di atas:
حسنه بعض مشايخنا
“Dihasankan oleh sebagian Masyaikh kami” (At Targhib wat Tarhib, 2/186).
Maka makna riwayat ini bukan berarti Allah ta’ala benar-benar bersalaman dengan makhluk-Nya. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah menjelaskan: “Andaikan riwayat ini shahih, sudah jelas bahwa Hajar Aswad bukan benar-benar tangan kanan Allah. Karena yang disebutkan di dalam riwayat ini:
يَمينُ اللهِ في الأرضِ
“Tangan kanan Allah di muka bumi”.
Lafadznya muqayyad (diberikan keterangan) dengan “di muka bumi”, tidak disebutkan secara mutlak. Dan hukum lafadz yang mutlak tentu berbeda dengan lafadz yang muqayyad. Dan kita ketahui bersama bahwa Allah ta’ala berada di langit. Dan dalam riwayat ini juga disebutkan: “siapa yang menyentuh dan mencium hajar aswad maka seakan-akan ia menyentuh dan mencium tangan kanan Allah”. Dan kita ketahui bersama bahwa al musyabbah (objek yang dianggap serupa) berbeda dengan al musyabbah bihi (objek yang diserupakan). Sehingga atsar ini jelas mengatakan bahwa menyentuh hajar aswad bukan berarti bersalaman dengan Allah langsung” (Taqrib At Tadmuriyah, hal. 63).
Namun ini jawaban bagi yang menganggap riwayatnya bisa diterima. Dan yang tepat, wallahu a’lam, riwayat ini tidak bisa diterima karena derajatnya dha’if (lemah) bahkan mungkar. Sehingga tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut.
Semoga Allah ta’ala memberi taufik.
***
Dijawab oleh Ustadz Yulian Purnama, S.Kom.
Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/38246-hadis-siapa-menyentuh-hajar-aswad-ia-menyentuh-tangan-allah.html